BukuCerita Anak Bergambar - Anak-anak umumnya menyukai buku dengan gambar yang banyak. Ada sejumlah keuntungan yang didapatkan ketikaorang tua membelikan buku cerita anak bergambar. Artikel Selanjutnya 5+1 Cara Mengasah Bakat Menulis Buku Cerita Anak! Artikel Rekomendasi. pada Juni 16, 2022 Juni 16, 2022 Info. 7 Ciri-Ciri Anak Cerdas Dengansemakin beragamnya buku buku cerita yang ada dipasaran membuat kita sebagai orang tua harus benar benar jeli dan waspada terhadap isi dari buku buku tersebut. Download kumpulan dongeng dan cerita anak bergambar tips cara download klik file yang akan di download setelah 5 10 detik kli. Admin blog Berbagai Buku 01 February 2019 Itulahbeberapa ciri-ciri cerita bergambar yang paling umum dan perlu diperhatikan. Terutama buat kamu yang ingin jadi penulis anak atau ingin menjadi seorang illustrator gambar buku anak. Langkah-Langkah dan Teknik Membuat Gambar Cerita. Berbicara tentang cara membuat gambar cerita, memang menarik nih. BagaimanaCara Membuat Buku Anak Cerita Bergambar?1. Buka aplikasi medibang paint 2. Membuat sketsa kasar 3. Membuat sketsa halus 4. Pewarnaan 5. Shading6. M AkasMembuat "Buku" Cerita Bergambar tentang Coronavirus. "Ibu, I want to make a book about coronavirus.". Begitu kata Akas saat dia mengambil selembar kertas origami, dan melipatnya jadi dua bagian. Saat itu memang saya lagi lihat-lihat berita COVID-19 di laptop, dan Akas sepertinya ngeh yang saya baca itu tentang apa, dari ilustrasi MXcvCOx. This development research aimed to produce picture book products based on character education that can improve literacy culture in elementary schools. A picture story book is a book that combines text and illustrations so that it becomes a story book that can increase students' reading interest. Picture story books can tell a story that is collaborated with an interesting and meaningful concept for children's development. The method used was the method of research and development R&D with the development model of Borg and Gall. This research and development had 9 stages of research, namely research and information gathering, planning, product draft development, initial field testing, product revision, main field test, operational product revision, field implementation test and final product revision. Respondents in research and development involved one material expert, one linguist, one media expert, 13 students of SDSN Bendungan Hilir 12 Pagi, 21 students of SDS Ar-Rahman Motik. The results showed that the character education-based picture book product was considered very good. The average result according to the expert was the Small Group Evaluation was and the Field Test was This picture book product was attractive to students who loved reading because reading was the key to increase literacy culture since elementary school age. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 560 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 PENGEMBANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BEBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR Palupi Mutiasih1, Prana Dwija Iswara2, Trisna Nugraha3 Program Studi Pendidikan Dasar1,2,3 Universitas Pendidikan Indonesia1,2,3 Email palupimutia Abstract This development research aimed to produce picture book products based on character education that can improve literacy culture in elementary schools. A picture story book is a book that combines text and illustrations so that it becomes a story book that can increase students' reading interest. Picture story books can tell a story that is collaborated with an interesting and meaningful concept for children's development. The method used was the method of research and development R&D with the development model of Borg and Gall. This research and development had 9 stages of research, namely research and information gathering, planning, product draft development, initial field testing, product revision, main field test, operational product revision, field implementation test and final product revision. Respondents in research and development involved one material expert, one linguist, one media expert, 13 students of SDSN Bendungan Hilir 12 Pagi, 21 students of SDS Ar-Rahman Motik. The results showed that the character education-based picture book product was considered very good. The average result according to the expert was the Small Group Evaluation was and the Field Test was This picture book product was attractive to students who loved reading because reading was the key to increase literacy culture since elementary school age. Keywords character education, literacy, picture book. PENDAHULUAN Pendidikan yang baik adalah dasar kemajuan suatu bangsa. Melalui sebuah pendidikan manusia dapat memperbaiki kualitas hidupnya. Pendidikan merupakan wadah dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas Mulyasa,2017. Pendidikan juga merupakan kunci dalam membangun generasi yang bermartabat yaitu generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual namun juga cerdas secara moral Sadullah,2019. Melalui pendidikan, transformasi pengetahuan dan penanaman karakter dapat diimplementasikan kepada manusia agar mampu menjadi SDM yang memiliki kompetensi untuk bisa bersaing di masa depan Lickona, 2016; Listyarti, 2012 United Nation Development Programme UNDP mencatat bahwa Indeks Pembangunan Manusia IPM Indonesia tahun 2015, berada di peringkat ke-110 dari 188 negara dengan besaran 0,684 atau sama dengan tahun sebelumnya BPS, 2015. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa IPM di Indonesia masih belum mencapai hasil maksimal. Tinggi rendahnya IPM dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah angka melek huruf yang merupakan salah satu indikator dalam mengukur dimensi pengetahuan. Menurut Badan Pusat Statistik BPS, angka melek huruf adalah presentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. Literasi berhubungan dengan keaksaraan yaitu kegiatan membaca, menulis, dan berdiskusi. Literasi merupakan pondasi untuk belajar sepanjang hayat Alberta, 2010; Rahman, 2018 11. Kunci dalam menumbuhkan budaya literasi adalah membaca Wiediarti, 2016; Mutiasih, 2016; Alwasilah, 2012. Hasil penelitian dari Programme For International Student Assessment PISA yang melakukan penelitian setiap tiga tahun sekali, mencatat bahwa budaya literasi masyarakat Indonesia pada tahun 2012 terburuk kedua dari 65 negara p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 561 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 yang diteliti di dunia. Indonesia menempati urutan ke 64 dari 65 negara Mutiasih, 2016. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization UNESCO tahun 2012 menyebutkan bahwa indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001%. berdasarkan riset lima tahunan yang dilakukan oleh Progress International Reading Literacy Study PILRS, yang melibatkan siswa SD, Indonesia berada pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel Indonesia hanya lebih baik, dari Qatar, Kuwait, Maroko dan Afrika Selatan Gong, 2012. Rendahnya minat baca siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tidak adanya buku cerita yang menarik minat siswa dan sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar Rahim, 2018. Hal yang dapat dilakukan dalam mencerdaskan suatu bangsa yakni melalui pengembangan budaya baca, tulis dan hitung bagi segenap warga masyarakat Badan Bahasa, 2016. Buku cerita bergambar dengan kombinasi teks dan ilustrasi yang baik merupakan media yang mampu menarik minat peserta didik untuk membaca Dils, 2009; Seuling, 2005. Buku cerita bergambar yang bertemakan hal itu mampu membuat anak memahami konsep perpindahan seseorang dari satu satu negara ke negara lainnya, dapat mempelajari konsep mencintai lingkungan, serta mampu mengenal sejarah yang sangat abstrak menjadi lebih konkret. Hal tersebut mampu diterima anak karena konsep yang rumit divisualisasikan dan diceritakan secara konkret kepada anak melalui buku cerita bergambar Bersh, 2013; Hsiao & Shih, 2015; Demoiny & Ferraras, 2018. Selain berfungsi dalam menanamkan budaya membaca, menginformasikan berbagai konsep ilmu pengetahuan yang sulit, buku cerita bergambar yang berbasis pendidikan karakter juga berfungsi dalam hal penyampaian ilmu pengetahuan dan juga nilai-nilai moral dalam membentuk karakter yang lebih baik Nurgiyantoro, 2018166. Oleh karena itu, artikel ilmiah ini akan membahas dan memberikan pengetahuan tentang bagaimana mengembangkan sebuah buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter untuk menumbuhkan budaya literasi di Sekolah Dasar yang dapat digunakan siswa sebagai media dalam menumbuhkan budaya literasi. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan bidang pendidikan menurut Borg dan Gall yang dikenal dengan Metode Research and Development R & D. Siklus R & D menurut Borg and Gall metode R & D meliputi pengkajian terhadap hasil-hasil penelitan sebelumnya yang berkaitan dengan validitas komponen-komponen pada produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan, pengujian produk yang digunakan untuk uji lapangan, dan revisi untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap pengujian lapangan. Penelitian pengembangan atau Research and Development R & D secara lengkap Borg dan Gall menyatakan ada 10 langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan. 1. Research and information collection dalam penelitian dan pengumpulan data dilakukan untuk menganalisis kebutuhan, studi literatur, dan penelitian skala kecil. 2. Planning. Pada tahap perencanaan dilakukan identifikasi kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, merumuskan tujuan yang hendak dicapai, membuat desain atau langkah-langkah penelitian, dan merencanakan kemungkinan pengujian. 3. Develop preliminary form of product. Pengembangan draft produk meliputi persiapan materi, instrumen, dan uji kelayakan dalam skala kecil 4. Preliminary field testing, ujicoba lapangan atau uji coba terbatas pada objek penelitian. Selama uji coba dilakukan observasi, wawancara dan pengedaran angket. Tujuan ujicoba ini untuk dapat p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 562 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 mengevaluasi produk yang dikembangkan. 5. Main product revision, merevisi produk utama dilakukan berdasarkan temuan-temuan pada ujicoba awal. 6. Main field testing, ujicoba lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data kuantitatif tentang penilaian guru sebelum dan sesudah membaca model yang dikembangkan, data yang dikumpulkan dievaluasi dan dibandingkan dengan kelompok yang dikontrol. 7. Operational product revision, revisi produk berdasarkan hasil ujicoba di lapangan. 8. Operational field testing, uji lapangan untuk mengumpulkan dan menganalisis data berdasarkan hasil uji lapangan 9. Final product revision, revisi final produk berdasarkan hasil uji di lapangan. 10. Dissemination and implementation, implementasi dan mengontrol hasil dan mutu. Borg & Gall, 2007 4 Desain Penelitian Desain penelitian yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan desain penelitian dibagi menjadi beberapa tahap yakni tahap penelitian dan informasi serta ide awal, perencanaan dan desain awal produk, pengembangan draft produk, uji lapangan awal, uji lapangan utama, revisi produk operasional, uji pelaksanaan lapangan dan revisi produk akhir. Peneliti membatasi penelitian hanya sampai dengan revisi akhir. Adapun secara detail desain modifikasi Borg and Gall yang digunakan adalah sebagai berikut. Gambar. 1 Desain Penelitian RnD Teknik Pengolahan Data Teknik pengolahatan data dalam penelitian ini adalah dengan mengggunakan instrument uji ahli, uji one to one, small group, dan field test dengan instrument kualitatif menggunakan skala likert 1-4. Lalu data kualitatif diubah menjadi data kuantitatif dengan skala likert sebagai berikut Gambar. 2. Pengukuran Skala Likert HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menghasilkan produk buku cerita bergambar dengan ukuran A4 menggunakan kertas art cartoon 260gram untuk sampul buku dan art paper 150gram untuk isi buku dengan warna yang full colour dan huruf yang digunakan dalam penulisan buku ini adalah Comic Sans ukuran 20 pt, Spasi 1,5. Ilustrasi Ilustrasi buku berupa gambar tokoh-tokoh dalam buku cerita “Selamat Ulang Tahun Ibu Ratu” yaitu animasi tokoh-tokoh semut, kupu-kupu dan juga latar tempat beserta suasana yang diilustrasikan menjadi satu kesatuan sehingga menciptakan cerita yang lebih menarik. Gambar 3. Pengembangan Ilustrasi Buku Cerita Bergambar Kelebihan Produk Beberapa kelebihan dalam produk ini adalah a. Konten cerita dalam buku ini berbasis pendidikan karakter. Ada banyak karakter yang tersirat dalam buku ini yaitu karakter kasih sayang, peduli, rasa ingin tahu dan yang terpenting adalah tentang kerja sama. Cerita p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 563 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 kerjasama dalam buku ini terinspirasi oleh dunia semut yang memiliki karakter gotong royong. b. Karakter kuat yang tergambar dalam buku cerita ini adalah karakter kerja sama dan kasih sayang. Kedua karakter ini menurut teori pendidikan karakter tepat jika diaplikasikan kepada siswa kelas II SD di mana siswa kelas II SD yang masih merupakan kategori kelas awal. c. Bahasa dalam buku cerita ini komunikatif dan disesuaikan dengan perkembangan bahasa anak sehingga anak-anak dapat menikmati cerita lebih mudah. d. Kalimat-kalimat dalam buku ini jumlahnya tidak lebih dari 20 kata dalam setiap halamannya. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesan positiif bagi anak, bahwa buku cerita tidak dipenuhi dengan teks dan buku ini akan membuat pengalaman membaca lebih menyenangkan. e. Buku cerita bergambar ini dipenuhi dengan ilustrasi gambar yang penuh warna sehingga dari segi visualisasi buku ini menjadi semakin menarik. f. Buku ini dipersiapkan sebagai bahan ajar pendukung dalam menumbuhkan budaya literasi karena buku ini dapat dijadikan media Read Aloud oleh guru maupun menjadi bahan bacaan yang membuat siswa melakukan kegiatan membaca 15 menit sebelum memulai pembelajaran. Kelemahan Produk Kelemahan produk buku cerita bergambar ini adalah sebagai berikut. a. Buku ini membutuhkan proses perbaikan yang sangat panjang dan sulit sehingga perjuangan dalam membuat buku ini lebih besar. b. Buku ini hanya satu cerita dan tidak berseri sehingga banyak anak ketika penelitian small group mengharapkan buku dengan judul ini ada cerita selanjutnya. c. Buku cerita seri berikutnya dari buku ini sangat diperlukan sebab buku cerita bergambar ini hanya berjumlah tidak lebih dari 32 halaman dan dalam menumbuhkan budaya literasi serta menanamkan karakter dibutuhkan pembiasaan dan pengulangan Repetition sehingga buku-buku cerita bergambar seri berikutnya menjadi penting untuk diciptakan dalam menumbuhkan budaya literasi siswa kelas II SD. Hasil Uji Coba Expert Judgement Uji validasi ini dilaksanakan dengan melibatkan beberapa ahli yakni ahli media, ahli bahasa dan ahli materi. Uji Validasi ini dilakukan dengan memberikan draft produk disertai dengan instrument penelitian berupa kuesioner penelitian. Berdasarkan uji coba ahli bahasa dan perbaikan kaidah kebahasaan pada produk buku cerita bergambar, maka didapatkan rata-rata kelayakan produk dari sisi bahasa yaitu sebesar 95%. Rincian penilaian ahli bahasa akan dijelaskan pada tabel penilaian ahli bahasa. Nilai yang diperoleh dari ahli bahasa menunjukkan bahwa produk buku cerita bergambar dikategorikan sangat baik dan valid. Setelah penilaian, produk buku cerita bergambar ini masih dalam tahap perbaikan berdasarkan masukan para ahli. Berdasarkan hasil uji validasi dan perbaikan yang diberikan oleh ahli media diperoleh rata-rata kelayakan produk dari segi media yaitu sebesar Nilai yang diperoleh dari ahli media sebesar menunjukkan bahwa produk buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter yang berjudul “Selamat Ulang Tahun Ibu Ratu” dapat dikategorikan sangat baik. Gambar 4. Produk revisi buku cerita bergambar setelah uji expert p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 564 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 One to one evaluation, Small Group Evaluation dan Field Test Evaluation Setelah produk melewati proses uji validasi dan dinyatakan valid oleh validator baik dari segi materi, bahasa maupun media, produk buku cerita bergambar akan diuji coba secara One to One dengan melibatkan 3 orang siswa SDN Bendungan Hilir 12 Pagi yang dipilih oleh wali kelas berdasarkan kategori siswa yang memiliki minat membaca yang tinggi, sedang dan rendah. Ketiga siswa tersebut adalah Ra, Fa, dan Da. Uji coba One to One ini dilakukan dengan cara mewancarai ketiga responden itu secara bergantian. Sebelum melakukan wawancara, ketiga orang siswa tersebut dipersilakan membaca buku cerita bergambar yang diberikan oleh peneliti, setelah ketiga responden selesai membaca peneliti melakukan wawancara satu persatu kepada responden. Dari hasil wawancara yang dilakukan pada tahap one to one evaluation diketahui bahwa ketiga anak memiliki pandangan yang positif terhadap buku cerita bergambar yang dikembangkan. Buku yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa. Buku yang dikembangkan membuat siswa membacanya dengan antusias karena menceritakan hal-hal yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari yakni pengalaman ulang tahun pada kehidupan anak. Selain itu, menurut ketiga siswa buku yang dikembangkan memiliki gambar yang menarik dengan ilustrasi yang sesuai karakteristik anak sehingga anak tidak jenuh ketika membaca. Hasil Small Group Evaluation Setelah melakukan uji coba one to one evaluation, peneliti melakukan uji coba skala kecil yaitu dengan melibatkan 10 orang siswa kelas II SDN Bendungan Hilir 12 Pagi. Sebelum tahap uji coba dilaksanakan, siswa diminta untuk membaca buku cerita bergambar, lalu setelah itu siswa diberikan kuesioner untuk diisi. Setelah itu, mengisi kuisioner peneliti menjelaskan terlebih dahulu prosedur pengisian dengan menggunakan bahasa anak-anak agar siswa lebih memahami ketika mengisi kuesioner. Pada tahap skala kecil ini bertujuan untuk menilai kelayakan produk pada siswa kelas II sekolah dasar. Nilai rata-rata yang didapatkan berdasarkan kesepuluh siswa pada uji coba skala kecil ini adalah 96,6%. Berdasarkan penilaian tersebut maka produk dapat dikategorikan Sangat Baik. Gambar 5. Dokumentasi Penelitian Small Group Evaluation Hasil Field test Tahap selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah uji coba lapangan Field test. Uji coba lapangan ini melibatkan 21 siswa SDS Ar-Rahman Motik. Pada uji coba kali ini peneliti memberikan buku cerita kepada siswa di kelas II A, lalu siswa membaca produk buku cerita dan diberikan kuisioner oleh peneliti.. Penelitian ini mendapatkan data kuantitatif yang akan diubah menjadi kualitatif. Berdasarkan pengisian kuisioner yang dilakukan kedua puluh satu siswa kelas II A SDS Ar-Rahman Motik pada uji coba lapangan ini, diperoleh nilai rata-rata 94,33% yang berarti kualitas buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter “ Selamat Ulang Tahun Ibu Ratu” dapat dikategorikan Sangat Baik. Kendala yang dihadapi saat penelitian kali ini adalah keterbatasan waktu yang dimiliki karena akan ada siswa yang berulang tahun, akan tetapi hal ini dijadikan peneliti sebagai ajang mengucapkan dan mengajak siswa untuk menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepada Arai, karena di akhir cerita buku ini pasukan semut juga mengucapkan dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 565 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 kepada Ibu Ratu. Dalam penelitian field test ini, siswa kelas II SD Ar-Rahman Motik sangat tertarik dengan buku cerita yang dikembangkan peneliti, siswa menyukai buku dan ingin memiliki buku cerita bergambar yang dikembangkan. Gambar 6. Dokumentasi Penelitian Field Test Evaluation Penelitian pengembangan buku cerita bergambar ini memberikan pengetahuan tentang tahapan-tahapan penelitan dan mengembangkan produk buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter yang dapat digunakan sebagai buku pendukung dalam menumbuhkan budaya literasi siswa. Penelitian dan pengembangan buku cerita bergambar ini juga melibatkan guru, kepala sekolah dan siswa kelas II SD pada tahap penelitian hingga uji coba produk penelitian yang dihasilkan. Hal ini dilakukan dalam rangka menghasilkan produk penelitian ini agar produk penelitian yang dikembangkan menjadi solusi konkret hadirnya media buku cerita yang sesuai dengan karakteristik siswa. Berdasarkan uji coba yang dilakukan dengan para ahli maka didapatkan hasil rata-rata 97,1% sebagai presentase penilaian produk buku cerita bergambar. Hasil penilaian dari para ahli menyatakan bahwa produk buku cerita bergambar ini dapat dikategorikan sangat baik. Produk pengembangan sebuah buku cerita bergambar ini memiliki keunggulan baik dari segi ilustrasi maupun konten yang berbasil pendidikan karakter. Produk penelitian ini dibuat sebagai buku cerita bergambar yang menarik sebab, buku ini bertujuan agar siswa mampu meningkatkan budaya literasi yang paling mendasar yaitu budaya membaca di sekolah. Pengembangan buku cerita bergambar sebagai buku penunjang pembelajaran bagi anak, merupakan sebuah inovasi yang baik dalam pembelajaran. Selain mampu mengembangkan budaya membaca, buku cerita bergambar yang dirancang dengan baik juga mampu mengembangkan keterampilan bercerita anak Lestari, 2018 Buku cerita bergambar ini mampu mengembangkan imajinasi, kreativitas dan daya pikir tingkat tinggi pada siswa. Buckovec dan Robert 2019 dalam penelitiannya yang berjudul”Elementary School Student's Attitudes on Teaching Artist' Monochrome Picture Book Without Text and Graphite Technique” menyatakan bahwa dengan ilustrasi dan gambar yang dikemas dalam picture book, anak-anak mampu mengasah kreativitas berpikirnya dan juga dapat menuangkan perasaannya melalui gambar sehingga dari sebuah gambar, anak juga mampu mengasah kecerdasan emosinya. Dalam proses pengembangan produk buku cerita bergambar peneliti memerhatikan beberapa komponen penting yang harus ada yakni penokohan, latar, alur cerita, warna, ilustrasi yang menarik, dinamika cerita, tokoh cerita. Buku cerita yang dikembangkan untuk siswa sekolah dasar harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan kognitif, bahasa, serta perkembangan moral anak. Sehingga penokohan tokoh semut dalam buku ini, pemilihan cerita pengalaman ulang tahun, dan dinamika cerita yang sederhana sesuai dengan perkembangan anak usia kelas II di sekolah dasar. Buku cerita bergambar yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki komposisi 70% gambar dan 30% kata-kata. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik buku cerita bergambar bagi anak-anak. Pengembangan buku cerita bergambar ini didasarkan pada kebutuhan dalam meningkatkan literasi siswa sekolah dasar kelas II SD. Buku cerita bergambar adalah buku yang digemari oleh siswa SD kelas rendah karena buku tersebut sesuai dengan karakteristik siswa dan dunia anak-anak di kelas rendah yakni kelas 1, 2 dan 3. Buku p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 566 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 cerita bergambar mampu menyajikan konsep-konsep yang rumit menjadi lebih mudah untuk anak. Anak-anak kelas rendah sangat tertarik dengan buku yang bergambar karena daya imajinasinya masih sangat tinggi serta perkembangan bahasanya akan lebih cepat jika distimulasi dengan buku cerita bergambar. Anak-anak kelas rendah juga akan lebih fokus dan konsentrasinya tidak mudah terpecah jika membaca buku cerita bergambar Kelly, 2012; Ma& Wei, 2015. Buku cerita bergambar yang dikembangkan peneliti mendapatkan respon yang sangat baik dari siswa. Sejak buku ini diuji cobakan kepada siswa, siswa merasa tertarik membaca buku cerita bergambar ini berulang-ulang. Minat bacanya tumbuh ketika melihat sampul depan yang menarik dari buku ini. Selain itu, siswa dapat menceritakan kembali isi buku kepada teman-temannya dan siswa merasa senang membacanya. Buku cerita bergambar ini mendapatkan nilai dan 94,33% ketika diuji coba kepada siswa. Berdasarkan penilaian tersebut maka buku ini dapat dikategorikan sangat baik dari sudut pandang siswa dan dapat menumbuhkan budaya literasi dalam hal ini adalah minat baca bagi siswa kelas II SD. Bagi guru di SD buku ini dapat menjadi media dalam membacakan cerita read aloud kepada siswa sehingga budaya literasi dapat ditingkatkan dengan cara yang menyenangkan. Seluruh tahapan penelitian dan pengembangan dilalui dalam penelitian ini secara rinci dilakukan. Hal ini bertujuan agar produk yang dihasilkan dapat bermanfaat dan menjadi buku bergambar yang berkualitas. Peneliti menyadari masih ada banyak kekurangan dalam proses pembuatan buku ini oleh karena hal tersebut peneliti akan memperbaiki di kemudian hari. Adapun penelitian yang dapat dikembangkan dalam penelitian selanjutnya adalah membuat buku cerita bergambar berseri yang sesuai dengan karakteristik anak sehingga buku tersebut menjadi media untuk meningkatkan literasi dan minat baca pada anak. Peneliti selanjutnya juga dapat mengembangkan buku bergambar berseri yang memuat nilai karakter yang baik untuk siswa sehingga selain meningkat minat baca, buku yang dikembangkan dapat menumbuhkan karakter-karakter baik pada diri siswa. PENUTUP Secara umum, pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter ini dapat dijadikan buku penunjang dalam menummbuhkan budaya literasi pada siswa kelas II SD. Buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter ini menyajikan konten cerita yang menyampaikan pentingnya karakter bekerja sama, gigih dan selalu peduli terhadap teman yang diperankan dan mengambil kisah dari semut. Konten cerita ini dibuat agar siswa mampu menyerap nilai-nilai baik yang dituliskan dalam cerita. Sehingga selain siswa mampu meningkatkan budaya literasi dalam hal ini siswa mampu tertarik untuk membaca buku, siswa juga belajar tentang nilai-nilai baik dalam buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter ini yang nantinya nilai-nilai baik tersebut mampu diimplementasikan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan buku cerita bergambar berbasis pendidikan karakter ini juga memberikan implikasi kepada guru-guru di sekolah dasar untuk dapat membuat buku-buku cerita bergambar yang sederhana dan berkualitas bagi siswa berdasarkan tahapan-tahapan pengembangan yang telah dilalui oleh peneliti dalam membuat buku cerita bergmbar ini. Guru juga dapat menggunakan buku ini sebagai buku penunjang dalam kegiatan menumbuhkan budaya literasi di sekolah, guru dapat menggunakan buku cerita bergambar ini sebagai media untuk read aloud ataupun media untuk mengembangkan kemampuan bercerita dan menulis siswa. Bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar PGSD serta mahasiswa umum lainnya pengembangan buku cerita bergambar ini juga memberikan implikasi agar mahasiswa PGSD maupun umum dapat memilih buku cerita yang baik bagi anak dan buku ini dapat menjadi rujukan bagi mahasiswa dalam mengembangkan sebuah p-ISSN2579 – 5112 e-ISSN 2579 – 5147 567 JURNAL TAMAN CENDEKIA VOL. 05 NO. 01 JUNI 2021 buku cerita bergambar yang akan menjadi media dalam meningkatkan literasi siswa. Pengembang menyadari bahwa buku cerita bergambar ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran diperlukan dalam perbaikan buku ini yang berpedoman pada prosedur penelitian dan pengembangan agar hasil produk selanjutnya dapat lebih baik. REFERENSI Alberta. 2010. Literacy First A Plan for Action. Canada Alberta Education. Alwasilah, A. C. 2012. Pokoknya Rekayasa Literasi. Bandung Kiblat Buku Utama. Badan Pusat Stastistik. 2016. Indeks Pembangunan Manusia. Diakses melalui Pada 14 Maret. pukul Bersh, 2013. The Curricular Value of Teaching about Immigration through Picture Book Thematic Text Sets. The Social Studies, 1042, 47–56. doi Demoiny, S. B., & Ferraras-Stone, J. 2018. Critical Literacy in Elementary Social Studies Juxtaposing Historical Master and Counter-Narratives in Picture Books. The Social Studies, 1092, 64–73. doi Dils, 2009. You Can Write Children’s Book. USA Writer’s Digest Books. Borg, & Gall, 2007. Educational Research. USA Pearson. Gong, A. G., & Irkham, A. M. 2012. Gempa akarta Perpustakaan Populer Gramedia. Hendri. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Dongeng. Bandung Simbiosa Rekatama Media. Hsiao, & Shih, 2015. Exploring the effectiveness of picture books for teaching young children the concepts of environmental protection. International Research in Geographical and Environmental Education, 251, 36–49. doi Kelly, J. 2012. Two daddy tigers and a baby tiger Promoting understandings about same-gender parented families using picture books, Early Years. An International Research Journal, 32, 288–300. doi Lestari, I. 2018. Developing Wordless Picture Book to Improve the Storytelling Ability of 5 to 6 Years Old Children. Jurnal Cakrawala Pendidikan,371. doi Lickona, T. 2016. Education for Character terj. Jakarta PT. Bumi Aksara. Listyarty, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif. Jakarta Penerbit Erlangga. Ma, & Wei, 2015. A comparative study of children’s concentration performance on picture books age, gender, and media forms. Interactive Learning Environments, 248, 1922–1937. doi Mulyasa. 2017. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Mutiasih, P. 2016. Literasi Dalam Membangun. Koran Sindo. Sabtu 11 Juni. Nurgiyantoro, B. 2016. Sastra Anak. Yogyakarta Gajah Mada University. Rahim, F. 2018. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta Bumi Aksara. Rahman, dkk. 2018. Literasi Dalam Konteks Keterampilan Komunikasi Abad 21Pada Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Bandung Universitas Pendidikan Indonesia. Sadulloh, U., dkk. 2019. Pedagogik Ilmu Mendidik. Bandung Penerbit Alfabeta. Tim Pengembang Pusat Pembinaan Badan Bahasa. 2016. Panduan Festival Literasi. Jakarta Kemendikbud. Wiedarti, P., dkk. 2016. Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah Jakarta Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. ... Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yang diartikan sebagai memberdayakan manusia Elsani et al., 2019;Mutiasih et al., 2021;Yulina, 2014. Meskipun pendidikan merupakan gejala yang umum dalam setiap kehidupan masyarakat, namun perbedaan filsafat dan pandangan hidup yang dianut oleh masing-masing bangsa atau masyarakat dan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan kegiatan pendidikan tersebut, dengan demikian selain bersifat universal pendidikan juga bersifat nasional Abidah et al., 2020;Green et al., 2020. ...I Made Arik Kt. Ngr. Semara PutraPenggunaan metode dan media pembelajaran yang kurang bervariasi membuat pembelajaran menjadi kurang efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan media permainan kartu bergambar mengenai siklus hidup hewan kelas IV SD. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan yang menggunakan model pengembangan ADDIE. Subjek penelitian yaitu ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, 3 siswa untuk uji coba perorangan dan 6-9 siswa uji coba kelompok kecil. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi, metode wawancara dan metode penyebaran angket atau kuisioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif, dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian review ahli isi mata pelajaran memperoleh kriteria sangat baik dengan skor 80%, review ahli desain pembelajaran memperoleh kriteria sangat baik dengan skor 90%. hasil review ahli media pembelajaran memperoleh kriteria sangat baik dengan skor 90% dan hasil uji perorangan memperoleh kriteria sangat baik dengan skor 90% dan e hasil uji coba kelompok kecil memperoleh kriteria baik dengan skor 87,2%. Maka, media permainan kartu bergambar ini layak digunakan dalam pembelajaran IPA khususnya materi mengenai siklus hidup hewan kelas IV SD. Implikasi pada penelitian ini adalah pemanfaatan kartu bergambar materi siklus hidup hewan dalam pembelajaran IPA memberi dampak positif bagi peserta didik dan guru.... In addition, Bolton-Gary 2012 states that emotional humorous and visual images and text elements of comics, including digital comics with sound effects, can help improve students' understanding of conceptual material. As stated by Mutiasih, P., 2021 illustrated stories get a very good response from students. Since it was tested on students, students have been interested in reading these illustrated stories over and over again. ...AwiDariyantoAlgebraic thinking is one of the skills needed at this time. Problem-solving activities dominate the ability to think algebraically, but in this case, the solution is not yet known. The solution that is possibly done can be through appropriate examples and self-discovered methods. Previous research found obstacles in algebraic thinking, namely epistemology obstacles, didactical obstacles, and conceptual obstacles. In addition, there is currently a lack of studies on learning media used to familiarize students with algebraic thinking since MI. This research aims to develop motion comic learning media based on digital literacy. The method used was Research and Development R&D, which involved 25 students of MI class IV. This study yielded design principles of digital literacy-based motion comic learning media that have mathematical material content whose context is adjusted to the learning process in the new normal era. Keywords algebraic thinking, digital literacy, design principles, MI REFERENCES Arifin, Z. 2012. Evaluasi pembelajaran. Bandung Remaja Rosdakarya. Bolton-Gary, C. 2012. Connecting Through Comics Expanding Opportunities for Teaching and Learning. US-China Education Review B4 389-395 Borg, & Gall, 1989. Educational Research An Introduction 5th ed.. New York Longman Booker, G., & Windsor, W. 2010. Developing algebrain c thinking Using problem-solving to build from number and geometry in the primary school to the ideas that underpin algebra in high school and beyond. Journal Procedia -Social and Behavioral Sciences, 85, 411– Creswell. 2012. Educational research. University of Nebraska-Lincoln Pearson Fraenkel, Wallen, & Hyun. 2011. How to design and evaluate research in education — 8th ed. MC Graw Hill. Hidayati, F. 2010. Kajian Kesulitan Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 16 Yogyakarta dalam Mempelajari Aljabar. Skripsi Universitas negeri Yogyakarta. Dipublikasikan. Internal Correspondence Versi 2. 2013. Digital Comic Nearly Tripled. Online com/articles/news/ diakses pada 1 Mei 2014 Kaur & Dindyal. 2010. Mathematical Application and Modelling. Singapore. Word Scientific Publishing. Kilpatrick, J., Swafford, J. & Fidell, B. 2001. Adding It Up Helping Children Learn Mathematics. Washington, DC national Academy Press Koba, Susan dan Anne Tweed. 2009. Hard-toteach Biology Concepts a Framework to Deepen Student Understanding. Arlington National Science Teachers H. C. 2004. Developing Algebraic Thinking in Early Grades Case Study of Korean Elementary School Mathematics. The Mathematics Educator. Vol. 8 No. 1. 88-106. Marsetyorini, A. D. & Murwaningtyas, C. E. 2012. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa dan Pembelajaran Remedial dalam Materi Operasi Pada Pecahan Bentuk Aljabar Di Kelas VIII SMPN 2 Jetis Bantul. Prosiding Makalah dipresentasikan dalam Seminar nasional Matematika dan Pendidikan Matematika “Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematika dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa”. Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UNY McCloud, Scott. 2006. Making Comics. New York Harper Collins Publishers Moyer, J., Huinker, D. A. & Cai, F. 2004. Developing Algebraic Thinking in the Earlier Grades A Case Study of the Investigations Curriculum. The Mathematics Educator. Vol. 8 No. 1. 6-38. Mutiasih, P., Iswara, P D., Nugraha, T., 2021. Pengembangan Buku Cerita Bergambar Bebasis Pendidikan Karakter Dalam Menumbuhkan Budaya Literasi Siswa Kelas II Sekolah Dasar. Jurnal Taman Cendekia Vol 5 1. NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, NCTM. Osa, Amanokawa. 2007. Guide to Draw Manga. Vol. 4. Yogyakarta ANDI Permatasari, B. A. D., dkk. 2015. Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Materi Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Bangil. Kadikma, Vol. 6, No. 2, hal 119-130 Powell, & Fuchs, L. S. 2014. Does Early Algebraic Reasoning Differ as a Function of Students’ Difficulty with Calculations Versus Word Problems. Learn Disabil Res Pract, 29 3, 106-116 Pratama, S, Agustin, M., Bakti, TRS., 2021. Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Keseharian Aktivitas Pembelajaran Elektronik di Masa Pandemi Covid-19 Bagaimana Guru mengonstruksi Konten, Sikap dan Perilaku Siswa. Jurnal Taman Cendekia Vol. 05 1 Pratiwi, V., dkk. 2017. Upper Elemetary Grades Students’ Algebraic Thinking Ability in Indonesia. IJAEDU- International E-Journal of Advances in Education 3 9 p 705 Riduwan. 2010. Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti pemula. Bandung Alfabeta. Rohani, A. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta Rineka Ciptani Ruseffendi, 2010. Dasar-dasar penelitian pendidikan dan bidang non eksakta lainnya. Bandung Tarsito Schmittau, J. & Morris, A. 2004. The Developing of Algebra in Elementary Mathematics Curriculum of Davydov. The Mathematics Educator. Vol. 8 No. 1. 60-87 Suherman, E. & Sukjaya, Y. 1990. Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung Wijaya Kusumah. Surapranata, S. 2006. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Warren, E., dkk. 2009. Equivalence and Equations in Early Years Classroom. APMC 14 1. Ika LestariThis study aims to design and develop a wordless picture book to improve the storytelling ability of level B kindergarten students. This research adopted the design and development model proposed by Lee and Owens 2004. Data collection techniques employed storytelling tests, open-ended questionnaire, interview, and observation. The needs analysis was conducted through a storytelling test. The expert judgment involved media experts, children literature experts, and early childhood instructional design experts to assess the prototype of Wordless Picture Book. Storytelling test, observation, and interview were used in the try out process. Quantitative data were obtained from pretest and posttest scores and the questionnaire for expert validation. Descriptive qualitative data analysis techniques were used to process the data interviews. Quantitative data analysis was used to examine the scores obtained from the pre and post-tests. The research produced 1 a wordless picture book design and b a product of wordless picture book which has been tested for its effectiveness, efficiency, uses, and practicality in improving children’s storytelling ability. Some implications and recommendations are also discussed. © 2018, Universitas Negeri Yogyakarta Yogyakarta State University. All rights reserved. Luz Carime BershThis article offers a contextual analysis of contemporary immigration issues impacting the institutions in the United States, in particular the school. It discusses the importance of addressing this theme in the classroom and presents its curricular value in the elementary and middle school social studies and interdisciplinary curricula. Using a picture book thematic text set on the topic of immigration allows for multiple curricular venues and connections through which teachers can address the complexities of immigration. Included is a recommended thematic text set annotated bibliography of twenty-three picture books of different reading levels about historical and mostly contemporary immigration issues. This annotated bibliography is a valuable curriculum resource for teachers because it supports the social studies’ curriculum and its integration with other subject areas, such as language arts and the arts. Each book's bibliographical information offers teachers suggested teaching focal themes and content knowledge, target processes of inquiry and discussion, and attitudinal dispositions that can be B. DemoinyJessica Ferraras-StoneIn this article the authors demonstrate how pairing master and counter narrative picture books, along with critical literacy practices, can be used to enhance the social studies curriculum outlined by state standards taught in today's elementary schools. These intentional book pairings allow students to grapple with what history truly means and to question how history is told. To facilitate an understanding of how such lessons could take place, a model lesson plan and a description of paired picture books that lend themselves to critical literacy lessons and that represent commonly taught elementary social studies content are provided. A list of resources is included to assist teachers in locating additional picture HsiaoPei-Yu ShihThis research aimed to investigate the use of picture books by preschool teachers to instruct environmental concepts and their influence on resource saving by children. The study adopted qualitative research as a method to investigate 11 children aged 5–6 years in Taiwan. In addition, we used “the environmental protector” as a main theme, and designed three sub-themes, which included the Impact of Human Activities on the Environment, the Rubbish Problem and Recycling, and Environmental Protection and Resource Saving. We used eight young children's picture books that were related to environmental education to carry out eight weeks of teaching. The result of the research discovered that children's environmental concepts had increased greatly following the activities. The children learned about different types of recovery and the recycling of reusable resources and the importance of recycling; children also understood how to reduce rubbish, and how to use less water, electricity, and paper, plus other eco-friendly behaviour. Children saved resources through their own actions; for instance, children used less water when washing their hands and brushing teeth and brought their own hankies to school. Moreover, children also used less drawing paper and turned off lights and televisions without being reminded to save electricity. However, the reuse of plastic bags was not improved. Janette KellyThere is a small body of work examining how picture books can be used with young children and their families to develop understandings of contemporary issues including diversity and practices towards inclusion. This article describes a study in one New Zealand kindergarten that explored teachers’ interpretations of children’s responses to a selection of picture books featuring same gender parented families. The research sought to go beyond traditional understandings of families and the dominant discourse of heteronormativity. Findings show that despite children reportedly being open to the possibilities of non-traditional families in their setting, and their play, teachers appeared hesitant to ask probing questions or fully engage with children’s thinking, or their own, to explore understandings in this area. Nevertheless, this research demonstrates that taking tentative steps towards making an alternative discourse available through the proactive use of curriculum resources does not have to be difficult’ or dangerous’. In inclusive educational settings, lesbian and gay headed families can be affirmed, and children can be supported to construct understandings about family’ outside of normative Pembangunan ManusiaStastistik Badan PusatBadan Pusat Stastistik. 2016. Indeks Pembangunan Manusia. Diakses melalui usia. Pada 14 Maret. pukul Can Write Children's Book. USA Writer's Digest BooksT E DilsDils, 2009. You Can Write Children's Book. USA Writer's Digest G GongA M IrkhamGong, A. G., & Irkham, A. M. 2012. Gempa akarta Perpustakaan Populer Karakter dalam Metode AktifRetno ListyartyListyarty, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif. Jakarta Penerbit comparative study of children's concentration performance on picture books age, gender, and media WeiMa, & Wei, 2015. A comparative study of children's concentration performance on picture books age, gender, and media forms. Interactive Learning Environments, 248, 1922-1937. doi 05. Mulyasa. 2017. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung PT Remaja Rosdakarya. Cara Membuat Buku Cerita Bergambar. Alasan gambar cerita disajikan sederhana adalah untuk memudahkan pembaca dalam mengikuti alur cerita. Dengan demikian, cara membuat buku cerita bergambar komik dapat diawali dengan menentukan tema, menentukan karakter, menentukan alur, membuat sketsa, dan mengembangkan sketsa tersebut. Cerita Anak Direktorat Sekolah Dasar from Cerpen merupakan karya sastra yang dirancang untuk habis dibaca dalam sekali duduk. Anda bisa mencoba membuat sendiri illustrasi cerita atau menyewa jasa ilustrator. Kamu telah memahami langkah langkah membuat gambar cerita. Setiap Buku Bergambar Mempunyai Sejarah Dan Penceritaannya Yang Tersendiri. Karena di rentang usia ini pergerakan motorik anak tidak terduga, dan senang menggigit sesuatu. Pada usia ini masuk ke tahap mengenalkan buku, dan parents sangat disarankan untuk sering membacakan buku. Tentukan karakter tokoh utamanya dan karakter dari tokoh pembantunya yang ada dalam cerita. Buatlah Ilustrasi Untuk Cerita Anda. Tentukan idegagasantema yang akan dibuat. Bagaimanakah cara membuat buku anak cerita bergambar bagaimana cara membuat buku anak cerita bergambar? Video ini berisi gambaran umum cara membuat buku cerita dengan menggunakan aplikasi yang sudah sering digunakan tersebut adalah power point, me. Buku Cerita Anak Bergambar Pdf Free Download. Buku sali dan saliha dari penerbit mizan adalah jenis cerita berseri. 7 rahasia menulis biografi yang super gampang dilakukan; Apa itu memoar dan bagaimana menuliskannya dengan mudah dalam 5 langkah; Cara Membuat Pisang Goreng Dalam Bahasa Inggris Dan Artinya Cheese Banana Recipe. 22 hari bercerita buku pertama kumpulan cerita anak. 3 cara untuk membuat buku pop up wikihow melalui gambar tersebut anak belajar menafsirkan cerita dan memahaminya tak hanya itu anak anak juga bisa belajar mengenal hal hal yang selama ini belum pernah dilihatnya di dunia nyata inilah salah satu alasan mengapa buku cerita bergambar sangat penting dikenalkan pada anak sedini mungkin Penulis cerpen perlu berpikir bagaimana cara mengemas cerita dengan singkat dan jelas. Cerpen Merupakan Karya Sastra Yang Dirancang Untuk Habis Dibaca Dalam Sekali Duduk. Lihat bagaimana penulis dan pelukis menggabungkan teks dan gambar menjadi sebuah cerita yang menarik. Memastikan ada buku cerita bergambar di perpustakaan. Bahan belajar satuan waktu sd kelas. freepik/gpointstudio Pengertian dan langkah membuat cerita bergambar. - Pada materi kelas 5 SD tema 4, kita akan belajar bersama tentang cerita bergambar, teman-teman. Sesuai dengan namanya, cerita bergambar dapat didefinisikan sebagai gambar yang memiliki alur atau cerita. Cerita bergambar adalah kombinasi dari gambar serta cerita yang banyak menarik minat anak-anak karena ilustrasi gambar yang menarik. Cerita bergambar ini dinilai tidak membosankan karena tidak hanya berisi tulisan saja seperti buku pada umumnya. Cerita bergambar ini umumnya dapat kita temui di buku pelajaran, buku cerita anak-anak, maupun komik. Kali ini Bobo akan memberikan penjelasan lengkap tentang pengertian, fungsi, dan langkah membuat cerita bergambar. Simak, yuk! Pengertian Cerita Bergambar Cerita bergambar adalah cerita yang dikemas dalam bentuk tulisan dan dilengkapi dengan gambar. Gambar merupakan visualisasi dari kalimat dan digunakan untuk memperjelas dan membuat alur cerita semakin jelas. Cerita bergambar disusun sesuai dengan tokoh, alur, setting, maupun amanat cerita, terutama jika gambar ditujukan untuk pendidikan anak-anak. Dalam cerita bergambar, perlu memperhatikan alur serta tema gambar agar dapat menarik perhatian anak-anak dan tidak membuatnya bosan. Baca Juga Cari Jawaban Kelas 5 SD Tema 2, Apa Saja Langkah-Langkah Membuat Gambar Cerita? Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan Unduh PDF Unduh PDF Menulis cerita anak membutuhkan imajinasi yang kuat dan kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang anak-anak. Anda mungkin perlu menulis cerita anak untuk keperluan kelas atau proyek pribadi. Untuk menulisnya, mulailah dengan melakukan curah pendapat mengenai topik yang dirasa menarik bagi anak-anak. Setelah itu, tulislah cerita dengan bagian pembuka yang memukau, gunakan alur yang kuat, dan cantumkan moral cerita. Pastikan Anda juga menyempurnakan cerita setelah selesai menulis draf agar cerita tersebut dapat menarik para pembaca muda. 1 Kenali kelompok usia yang menjadi target pembaca Anda. Cerita anak sering kali ditulis untuk kelompok usia tertentu. Apakah Anda ingin menulis cerita untuk balita? Atau anak-anak yang sudah lebih tua? Cobalah cari tahu apakah target pembaca adalah anak-anak dengan kelompok usia 2-4, 4-7, atau 8-10 tahun. Penggunaan bahasa, nada/suasana, dan gaya cerita akan berubah berdasarkan kelompok usia yang menjadi target Anda. [1] Sebagai contoh, jika Anda menulis cerita untuk kelompok anak berusia 2-4 atau 4-7 tahun, Anda perlu menggunakan bahasa yang lebih sederhana dan kalimat yang sangat pendek. Jika Anda menulis cerita untuk kelompok anak usia 8-10 tahun, gunakan bahasa yang sedikit lebih kompleks dan kalimat yang lebih panjang dari empat atau lima kata. 2 Manfaatkan kenangan masa kecil sebagai inspirasi cerita. Pikirkan tentang kenangan masa kecil yang mengasyikkan, aneh, atau menakjubkan. Gunakan kenangan tersebut sebagai dasar cerita anak yang ingin ditulis. Sebagai contoh, mungkin Anda perlu mengalami hari yang aneh ketika duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar. Anda bisa mengubah pengalaman tersebut menjadi cerita yang menghibur. Anda juga mungkin pernah berkunjung ke luar negeri ketika masih sangat kecil dan mendapatkan pengalaman/cerita dari kunjungan tersebut yang akan disukai oleh anak-anak. 3 Pilih satu objek biasa dan buatlah objek tersebut menjadi hal yang fantastis. Pilihlah aktivitas atau kejadian sehari-hari dan tambahkan unsur-unsur unik pada aktivitas/kejadian tersebut. Jadikan satu objek sebagai hal fantastis dengan memasukkan elemen aneh atau magis ke dalamnya. Gunakan imajinasi Anda untuk mencoba melihat hal tersebut dari sudut pandang anak-anak. [2] Sebagai contoh, Anda bisa memilih hal seperti kunjungan ke dokter gigi dan membuatnya fantastis dengan menghidupkan mesin-mesin yang digunakan di ruang praktek. Anda juga bisa memanfaatkan pengalaman pertama berkunjung ke laut sebagai ide cerita dan membuatnya fantastis dengan menampilkan sosok anak-anak yang menjelajahi lautan dalam. 4 Pilih tema atau ide cerita. Adanya tema utama pada cerita membantu Anda mendapatkan ide. Fokuslah kepada tema seperti cinta, kehilangan, identitas, atau persahabatan dari sudut pandang anak-anak. Pikirkan cara pandang anak terhadap tema yang dipilih, kemudian jelajahi tema tersebut lebih jauh.[3] Sebagai contoh, Anda bisa menelusuri tema persahabatan dengan berfokus kepada hubungan antara seorang anak perempuan dengan kura-kura peliharaannya. 5 Buatlah karakter utama yang unik. Terkadang, cerita anak bergantung kepada karakter utama yang unik dan bisa anak-anak kaitkan dengan dirinya sendiri. Pikirkan tentang jenis karakter yang tidak sering ditampilkan di cerita anak. Buatlah karakter yang unik menggunakan sifat-sifat anak atau orang dewasa yang menarik dan bisa Anda temukan di dunia nyata. [4] Sebagai contoh, Anda mungkin melihat bahwa tidak banyak cerita anak yang menampilkan sosok anak perempuan berkulit gelap atau dari etnis lain selain etnis/ras mayoritas sebagai karakter utama cerita. Anda bisa membuat karakter utama yang mengisi kekosongan tersebut. 6 Berikan satu atau dua sifat/tabiat yang menonjol pada karakter utama. Buatlah karakter utama tampak menonjol bagi pembaca dengan memberikan karakter fisik yang unik, seperti gaya rambut, jenis pakaian, atau gaya berjalan tertentu. Anda juga bisa memberikan kepribadian khusus pada karakter utama, seperti berhati baik, menyukai tantangan, dan cenderung mendapatkan masalah.[5] Sebagai contoh, Anda bisa menciptakan karakter utama yang selalu mengepang rambutnya dan terobsesi dengan kura-kura. Atau, Anda juga bisa menciptakan karakter utama yang memiliki bekas luka yang jelas di tangannya akibat terjatuh dari pohon. 7 Buatlah permulaan atau pembuka cerita. Buatlah alur cerita dalam enam bagian, dimulai dari eksposisi atau bagian perkenalan. Pada bagian ini, Anda memperkenalkan latar, karakter utama, dan konflik. Mulailah dengan menampilkan nama karakter dan menjelaskan tempat atau lokasi tertentu. Setelah itu, Anda bisa membuat garis besar keinginan atau tujuan karakter, serta rintangan atau masalah yang harus ia hadapi. [6] Sebagai contoh, Anda bisa menulis bagian perkenalan seperti Alkisah, ada seorang anak perempuan bernama Asri yang menginginkan hewan peliharan. Asri menemukan seekor kura-kura di telaga dekat rumahnya. 8 Tampilkan insiden yang memicu emosi/masalah awal konflik. Insiden ini merupakan kejadian atau keputusan yang mengubah atau memberikan tantangan pada karakter utama. Insiden ini bisa ditimbulkan/datang dari karakter lain. Jika mau, insiden juga bisa disebabkan oleh institusi/lembaga tertentu mis. sekolah atau tempat kerja, atau alam mis. badai atau tornado. Sebagai contoh, Anda bisa menampilkan insiden seperti Ibu Asri berkata bahwa ia tidak boleh memiliki hewan peliharaan karena tanggung jawabnya terlalu besar. 9 Tampilkan tahap kenaikan konflik rising action. Pada tahap ini, Anda mengembangkan karakter utama dan menelusuri hubungannya dengan karakter lain dalam cerita. Tunjukkan kehidupannya di tengah insiden yang ada. Jelaskan caranya menghadapi atau menyesuaikan diri dengan insiden yang terjadi. Sebagai contoh, Anda bisa menulis Asri menemukan seekor kura-kura dan menyembunyikannya di dalam tasnya. Ia membawanya ke mana pun secara diam-diam agar ibunya tidak tahu. 10 Tampilkan puncak konflik atau klimaks yang dramatis. Puncak konflik atau klimaks merupakan titik tertinggi dalam cerita. Pada tahap ini, karakter utama harus membuat keputusan atau pilihan besar. Tahap ini biasanya penuh dengan “drama” dan menjadi bagian paling menarik dalam cerita. Sebagai contoh, Anda bisa menulis klimaks cerita seperti Ibu asri menemukan kura-kura di dalam tasnya dan mengatakan bahwa ia tidak boleh memeliharanya. 11 Cantumkan tahap penurunan konflik. Pada tahap ini, karakter utama menghadapi hasil keputusannya. Ia mungkin perlu mengubah sesuatu atau membuat keputusan. Karakter utama juga bisa bergabung dengan karakter lain pada tahap alur ini. Sebagai contoh, Anda bisa menuliskan Asri dan ibunya bertengkar, dan kura-kura itu kabur. Setelah mengetahui bahwa kura-kura tersebut kabur, Asri dan ibunya segera mencarinya. 12 Akhiri cerita dengan resolusi. Tahap ini berfungsi untuk menutup cerita. Resolusi berfungsi untuk memberi tahu pembaca apakah karakter utama berhasil atau gagal mencapai tujuannya. Mungkin karakter utama di cerita Anda berhasil mendapatkan apa yang ia inginkan, atau justru berkompromi dengan dirinya sendiri setelah mengalami kegagalan. Sebagai contoh, Anda bisa menulis resolusi cerita seperti Asri dan ibunya menemukan kura-kura tersebut di telaga. Mereka kemudian melihat kura-kura tersebut berenang menjauh. 13 Bacalah contoh cerita anak. Dapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai genre ini dengan membaca contoh cerita anak yang sukses/terkenal. Cobalah baca cerita yang berfokus kepada demografi atau kelompok usia anak yang Anda jadikan sebagai target pembaca. Anda bisa membaca cerita-cerita seperti Bawang Merah, Bawang Putih Serial Kisah dari Taman Wortel oleh Neil Connelly Timun Mas dan Raksasa Hijau Kisah si Kancil dan Buaya Iklan 1 Buatlah bagian pembuka/perkenalan yang menarik. Mulailah dengan satu kalimat yang bisa langsung menarik perhatian pembaca. Gunakan gambaran unik mengenai karakter utama sebagai pembuka. Tunjukkan tindakan yang dilakukan karakter tersebut. Bagian pembuka harus menentukan suasana cerita dan memungkinkan pembaca untuk menebak cerita. [7] Sebagai contoh, Anda bisa melihat bagian pembuka cerita “Si Kecil dan Buaya” “Alkisah, si kancil yang cerdik sedang duduk dan bersantai di bawah pohon. Ia menikmati suasana hutan yang sejuk dan rimbun. Tiba-tiba, perutnya mulai keroncongan….” Bagian pembuka ini menampilkan sifat, suasana, dan elemen unik pada karakter “kancil”. 2 Gunakan bahasa yang berkaitan dengan pancaindra dan tampilkan banyak detail. Hidupkan karakter utama dengan berfokus kepada apa yang ia lihat, cium, sentuh, rasakan, dan dengar. Gunakan pula bahasa yang mencerminkan pengalaman indra tersebut agar para pembaca tetap tertarik kepada cerita Anda.[8] Sebagai contoh, Anda bisa menggambarkan latar cerita sebagai tempat yang “tenang dan sejuk” atau “panas dan berdebu”. Anda juga bisa menggunakan kata atau efek suara seperti “pecah”, “meledak”, atau “mendesing” agar para pembaca terhibur dengan cerita Anda. 3 Tambahkan rima pada cerita. Tarik perhatian para pembaca dengan menyisipkan kata berima pada cerita. Cobalah buat dua kalimat berima, dengan rima pada akhir dari setiap kalimat. Anda juga bisa memasukkan rima pada kalimat yang sama, seperti, “Ia menemukan intan berlian” atau “Gadis itu melihat bintang di langit petang”. [9] Anda bisa menggunakan rima sempurna. Dalam hal ini, dua kata yang berima memiliki bunyi vokal dan konsonan yang serasi. Sebagai contoh, kata “suka” dan “duka” dapat menjadi rima yang sempurna. Anda juga bisa menggunakan rima tak sempurna. Dalam hal ini, hanya bunyi vokal atau konsonan saja yang serasi. Sebagai contoh, kata “bumi” dan “sunyi” dapat menjadi pasangan rima tak sempurna karena hanya bunyi vokal “i” saja yang sesuai. 4 Gunakan repetisi atau pengulangan. Tonjolkan bahasa dalam cerita dengan mengulangi kata atau frasa kunci di sepanjang cerita. Pengulangan membantu para pembaca untuk tetap tertarik dan mengingat cerita yang ditulis. [10] Sebagai contoh, Anda bisa mengulang pertanyaan seperti “Di mana si pus?” di sepanjang cerita. Anda juga bisa mengulangi frasa seperti “Astaga!” atau “Akhirnya datang juga!” untuk menjaga alur atau “energi” pada cerita. 5 Cantumkan aliterasi, metafora, dan simile. Majas aliterasi mengacu pada penggunaan huruf konsonan yang sama pada setiap kata, seperti pada frasa “Kumba si Kucing Kumal” atau “Denting dawai Dewi”. Aliterasi dapat menjadi elemen yang menarik untuk menambahkan rima pada tulisan dan membuat cerita menarik bagi anak-anak. [11] Metafora mengacu kepada perbandingan dua hal. Sebagai contoh, Anda bisa mencantumkan metafora seperti “Bintang adalah mata dewa yang berkedip di langit.” Simile mengacu kepada perbandingan dua hal yang menggunakan kata sambung “seperti” atau “bagai”. Sebagai contoh, Anda bisa mencantumkan simile seperti “Ia bagaikan burung dalam sangkar emas.” 6 Buatlah karakter utama menghadapi konflik tertentu. Elemen penting dalam cerita yang baik adalah konflik. Pada tahap ini, karakter utama harus melewati rintangan atau masalah agar berhasil mendapatkan sesuatu. Tampilkan satu konflik saja yang konkret dan jelas untuk pembaca dalam cerita Anda. Karakter utama dalam cerita mungkin harus menghadapi masalah penerimaan oleh orang lain, masalah keluarga, atau masalah perkembangan fisiknya. [12] Konflik umum lainnya yang ditampilkan di cerita anak adalah rasa takut terhadap sesuatu yang belum diketahui, seperti pembelajaran keahlian baru, kunjungan ke tempat baru, atau pengalaman tersesat. Sebagai contoh, Anda bisa menampilkan karakter utama yang kesulitan untuk berbaur dengan teman-temannya di sekolah sehingga ia menjadikan seekor kura-kura sebagai sahabat terbaiknya. Anda juga bisa menampilkan karakter utama yang takut dengan ruang bawah tanah atau loteng di rumahnya dan belajar untuk melawan rasa takutnya tersebut. 7 Tampilkan moral cerita dalam cara yang menarik dan menginspirasi, tanpa terkesan “mengajari”. Kebanyakan cerita anak menampilkan akhir yang bahagia dan menginspirasi dengan moral cerita. Hindari pembuatan moral cerita yang terasa terlalu “berat” untuk anak-anak. Moral yang ditampilkan secara sepintas dirasa lebih efektif dan tidak terlalu “eksplisit” bagi para pembaca. [13] Cobalah tunjukkan moral cerita melalui tindakan karakter. Sebagai contoh, Anda bisa menampilkan karakter Asri dan ibunya berpelukan di pinggir telaga ketika si kura-kura berenang menjauh. Tindakan ini dapat mencerminkan moral cerita berupa pencarian dukungan emosional melalui keluarga, tanpa memberi tahu pembaca secara eksplisit mengenai moral cerita itu sendiri. 8 Buatlah ilustrasi untuk cerita Anda. Kebanyakan buku cerita anak dilengkapi dengan ilustrasi untuk menghidupkan cerita secara visual. Anda bisa mencoba membuat sendiri illustrasi cerita atau menyewa jasa ilustrator. [14] Pada banyak buku cerita anak, ilustrasi yang ditampilkan memiliki setengah peran penting dalam menyampaikan cerita kepada pembaca. Anda bisa menampilkan detail karakter seperti pakaian, gaya rambut, ekspresi wajah, dan warna pada ilustrasi cerita. Biasanya, ilustrasi untuk buku anak dibuat setelah cerita selesai ditulis. Dengan cara ini, ilustrator bisa menggambarkan berdasarkan konten di setiap adegan atau baris cerita. Iklan 1Bacalah cerita dengan lantang. Setelah selesai menulis draf, bacakan draf tersebut dengan lantang kepada diri sendiri. Dengarkan bunyi atau cerita tersebut. Perhatikan apakah ada penggunaan bahasa yang terlalu rumit atau tinggi bagi kelompok usia target pembaca. Perbaiki cerita agar mudah dibaca dan diikuti oleh anak-anak. 2Tunjukan cerita yang ditulis kepada anak-anak. Dapatkan umpan balik dari kelompok usia target pembaca. Mintalah adik, anggota keluarga yang masih kecil, atau anak-anak di sekolah Anda untuk membaca cerita yang Anda tulis dan memberikan tanggapan. Sesuaikan cerita dengan tanggapan yang diberikan agar cerita lebih menarik dan mudah dipahami/dikaitkan dengan anak-anak. [15] 3Revisi panjang dan kejelasan cerita. Baca kembali draf dengan hati-hati dan pastikan cerita tidak terlalu panjang. Biasanya, cerita anak yang paling efektif adalah cerita yang singkat dan tidak bertele-tele. Kebanyakan cerita anak terdiri atas teks yang sangat singkat. Meskipun singkat, teks pada cerita dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menyampaikan cerita. 4 Cobalah terbitkan cerita yang Anda tulis. Jika Anda menyukai cerita yang ditulis, Anda bisa mengirimkannya ke penerbit buku anak. Buatlah surat pengajuan cerita anak yang Anda tulis dan kirimkan ke editor atau pihak penerbit. Anda juga bisa mencoba menerbitkan sendiri buku yang ditulis dan menjualnya kepada para pembaca melalui internet. Iklan Tentang wikiHow ini Halaman ini telah diakses sebanyak kali. Apakah artikel ini membantu Anda? 10 Tips Membuat Buku Cerita yang Perlu Anda Ketahui 1. Cari tahu audiens target Anda2. Pilih tema yang tepat3. Pengembangan cerita adalah kuncinya4. Tetap halus5. Pertahankan keseimbangan kata dengan gambar 6. Luangkan waktu Anda7. Buatlah karya unik8. Temukan penerbit yang tepat9. Temukan ilustrator yang tepat10. Pertimbangkan biayaMengapa Harus Membuat Buku Cerita Anak-Anak?1. Audiens yang lebih besar2. Menghasilkan uang3. Bisa Diangkat untuk Film dan TV Tips Membuat Buku Cerita. Mungkin kamu berpikir jika menulis buku anak-anak itu mudah. Apakah benar begitu? Ya, anak tentu tidak membutuhkan teks yang Panjang, perlu gambar dan pastinya tidak seribet jika menulis novel. Penilaian tersebut wajar adanya kok. Nyatanya lebih banyak buku anak-anak dengan gambar yang dikirim ke editor potensial dan agen sastra daripada jenis buku lainnya. Dan memang menulis buku anak tidak sesulit yang dibayangkan. Hanya saja dalam proses menulis buku anak tetap ada tantangan yang harus dihadapi. Mulai dari persiapan menulis, cara menulis, hingga membuatnya berhasil diterbitkan. Meskipun Anda mungkin berpikir bahwa menulis buku anak-anak adalah proses yang mudah, ada banyak tantangan untuk menulis buku anak-anak yang baik dan membuatnya berhasil diterbitkan Untuk mencapai puncak tumpukan besar ini, Anda harus mengikuti tip penting ini untuk membuat buku yang menonjol. 10 Tips Membuat Buku Cerita yang Perlu Anda Ketahui Berikut 10 tips membuat buku cerita anak 1. Cari tahu audiens target Anda Tips membuat buku cerita yang pertama adalah Anda harus mencari tahu target audiens pembaca. Caranya ketika Anda memikirkan anak-anak, rentang usia berapa yang pertama kali muncul di kepala Anda? Anak-anak seperti apa yang Anda bayangkan akan membaca buku ini. Perlu diingat bahwa kemampuan membaca anak berkembang dengan pesat, sehingga gaya tulisan Anda pun harus sesuai dengan kelompok usia yang sangat spesifik. Beberapa kelompok umur yang sering digunakan dalam memilih target pasar buku anak adalah sebagai berikut Anak Kecil Usia 2–6 tahunKelas Menengah Usia 8–11Dewasa Muda Usia 12+ Ada berbagai tingkat membaca dalam kelompok usia anak-anak. Anak-anak usia 5 dan 6 tahun mungkin akan dapat membaca lebih banyak kata daripada anak berusia 3 tahun. Hal ini bisa menjadi salah satu pertimbangan utama ketika memutuskan berapa banyak gambar dan berapa banyak kata yang akan Anda gunakan. Banyak penulis berpikir bahwa cerita mereka akan berhasil untuk semua kelompok umur, tetapi yang terbaik adalah memilih satu kelompok dan menulis khusus untuk mereka. 2. Pilih tema yang tepat Tips membuat buku cerita untuk anak selanjutnya yakni memilih tema yang tepat. Tema menjadi salah satu aspek terpenting dalam menulis buku anak-anak. Perlu ada daya tarik untuk kelompok usia target Anda. Sebelum menentukan tema, coba cari tahu hal-hal berikut ini Apa yang penting bagi mereka? Situasi seperti apa yang mereka khawatirkan dalam kehidupan sehari-hari mereka? Misalnya, Anda tidak ingin menulis tentang seorang perempuan yang bekerja setiap hari di restoran cepat saji ketika target audiens Anda adalah anak-anak prasekolah. Menulis buku cerita anak memang gampang-gampang susah. Anda mesti mengidentifikasi karakter dengan baik, apalagi jika buku cerita anak ini Anda tujukan bagi anak-anak yang masih sangat kecil. Sebab jika Anda sudah memiliki Bahkan jika Anda memiliki gambar yang lucu dan cerita yang menyenangkan, masalah karakter itu kemungkinan besar tidak akan beresonansi dengan anak-anak yang masih sangat kecil. Anak harus mampu mengidentifikasi dengan karakter secara visual maupun naratif. 3. Pengembangan cerita adalah kuncinya Supaya buku cerita anak menjadi lebih menarik, maka bagian-bagian cerita harus jelas. Kembangkan cerita dengan runtut. Ya, harus ada awal yang jelas untuk cerita Anda, titik tengah atau puncak yang jelas, dan akhir yang jelas dengan penutupan. Buku anak-anak tidak perlu memiliki cliffhanger jika ada seri buku. Anak-anak menyukai resolusi cerita. Buatlah bagian tengah cerita menjadi momen puncak cerita yang jelas. Pada bagian ini Anda bisa mengulas seputar Masalah apa yang dihadapi tokoh utama? Apakah mereka bertemu seseorang yang spesial hari itu? Apakah karakter itu mungkin belajar sesuatu yang baru? Anak-anak dapat belajar bersama karakter, terutama ketika ada gambar dan gambar untuk mendorong koneksi visual. 4. Tetap halus Tips membuat buku cerita keempat. Walau buku ini untuk anak-anak, dimana Anda ingin memiliki pesan untuk anak-anak, Anda tidak harus selalu membuat cerita anak menjadi to the point dan jelas. Tetaplah pada alur cerita yang halus. Anak-anak membaca cerita pertama dan terutama untuk bersenang-senang. Anda juga tidak menulis untuk orang tua. Untuk membantu Anda mengetahui apakah pesan moral dari cerita Anda terdengar terlalu to the point dan jelas, Anda bisa membandingkan dengan cerita dongeng. Jika Anda dapat melihat kesamaan yang jelas dengan dongeng, maka pesannya mungkin terlalu to the point. Meskipun Anda mungkin ingin mengajarkan pelajaran hidup kepada anak-anak melalui cerita Anda, namun perlu diingat, cerita yang dibuat harus tetap menyenangkan. 5. Pertahankan keseimbangan kata dengan gambar Dalam proses penulisan buku cerita, perlu diperhatikan pula keseimbangan antara kata dan gambar visual. Buku cerita anak berbeda dengan novel yang mungkin bisa berlembar-lembar. Buku anak lebih ringkas. Karena cerita anak-anak rata-rata pendek, hal tersebut menjadi sebuah tantangan yang lebih besar untuk menceritakan kisah Anda secara efektif. Caranya yakni dengan menggunakan keseimbangan kata-kata yang baik untuk gambar di sepanjang cerita. Cara ini dapat membantu membangun buku anak-anak yang berkualitas. Sebagian besar buku anak-anak dengan gambar berkisar antara 50 dan kata. Cerita harus tetap pada intinya tanpa menggunakan kata-kata, istilah, atau peristiwa yang tidak perlu karena dapat mengalihkan perhatian anak dari poin utama. Ada satu jalur dengan buku anak-anak, yang berbeda dengan novel dewasa dan novel YA. Ada sejumlah karakter dan fokus tetap pada pengalaman mereka. 6. Luangkan waktu Anda Sekali lagi, tips membuat buku cerita anak itu susah susah gampang. Jika Anda memutuskan untuk menulis jenis buku cerita, sebaiknya luangkan waktu Anda untuk melakukannya dengan benar. Meskipun pendek, buku anak-anak membutuhkan upaya yang sama seperti novel setebal 300 halaman. Tinjau cerita, diksi, sintaksis, pilihan kata, dan aspek lain yang dapat memengaruhi bagaimana seorang anak mengalami cerita. Anda bahkan dapat mempertimbangkan proses yang mirip dengan menulis Pride and Prejudice sebagai pantun jenaka dengan gambar. 7. Buatlah karya unik Unik adalah salah satu hal penting yang harus dimiliki buku Anda ketika akan mengirimkan ke penerbit. Keunikan buku akan menjadi nilai tambah buku Anda dibanding dengan buku lainnya. Jika Anda mengirimkan buku Anda ke penerbit, Anda ingin cerita Anda menonjol dari yang lain tentunya kan? Maka dari itu, penting juga untuk menentukan hal ini di awal penulisan. Anda harus tau karakter dari buku Anda. Apa yang membuatnya berbeda dari semua cerita anak-anak lain di luar sana? Buku apa lagi yang telah dibaca anak-anak Anda sendiri? Bagaimana cerita Anda berbeda dari cerita-cerita itu? Anda juga harus ingat bahwa Anda dapat memiliki buku anak-anak yang konyol, lucu, atau serius. Tidak ada satu cara untuk menceritakan sebuah cerita. Seorang anak dapat menghadapi kesedihan atau cedera atau penyakit, dan buku anak-anak yang lebih serius dapat membantu mereka mengatasi tantangan tersebut. Jika Anda memiliki ide bagus untuk buku anak-anak yang serius, maka pastikan untuk menerapkan semua tip di atas agar efektif bagi audiens kelompok usia tertentu Anda. 8. Temukan penerbit yang tepat Jika Anda tidak memilih rute penerbitan sendiri, maka Anda akan ingin terhubung dengan penerbit yang tepat. Lakukan riset ke berbagai penerbit untuk menemukan penerbit Setelah Anda memilih penerbit yang tepat untuk buku anak-anak Anda, Anda dapat surat pengajuan. Surat pengajuan ini akan membantu Anda supaya buku Anda dapat diterbitkan. Beberapa penerbit biasanya memberikan syarat tertentu sebelum menerima naskah dari penulis. Berkembangnya jaman, sekarang Anda tidak perlu mencetak seluruh naskah kemudian dikirim secara manual. Kini, Anda tinggal menuju website penerbit yang dituju, kemudian upload berkas persyaratan serta naskah Anda. Selain itu, Anda perlu mencari tahu berapa besar komisi yang akan didapatkan ketika menerbitkan buku di penerbit tersebut. Jangan terjebak pada harga murah namun ala kadarnya. Pastikan buku yang Anda terbitkan memiliki kualitas baik dan dapat dibaca oleh semua orang. Tanyakan pada penerbit juga, apakah ketika buku sudah terbit, akan dibantu pemasaran atau tidak. Biasanya penerbit yang kredibel memiliki fasilitas seperti itu. 9. Temukan ilustrator yang tepat Selain memastikan buku cerita anak diterbitkan pada penerbit yang tepat, Anda juga harus mempertimbangkan kualitas ilustrasinya. Seperti ulasan sebelumnya, pada buku cerita anak, komposisi antara tulisan dan visual harus seimbang. Meskipun mungkin tampak seperti pilihan yang menarik dan hemat biaya, Anda tidak boleh mengilustrasikan karya Anda sendiri kecuali Anda adalah ilustrator profesional. Tetapkan anggaran yang realistis untuk karya seni Anda. Hormati waktu yang akan diberikan ilustrator untuk mengerjakan buku Anda, dan jangan mencoba membuat mereka melakukannya secara gratis atau dengan imbalan royalti. Tentukan jenis dan ukuran ilustrasi apa yang Anda inginkan untuk buku Anda. Apakah Anda ingin ilustrasi satu halaman penuh atau setengah halaman? Apakah akan ada satu per bab? Seberapa besar buku Anda nantinya dan bagaimana penataannya horizontal, persegi, vertikal? Semua ini akan menentukan jenis ilustrasi apa yang dibutuhkan buku Anda. Jika Anda bekerja dengan penerbit, maka dia akan memiliki illustrator. Anda tidak perlu mencari artis untuk membuat gambar. Namun, Anda akan dapat berkolaborasi dengan penerbit untuk memastikan bahwa ilustrasinya sesuai dengan apa yang Anda bayangkan untuk cerita Anda. 10. Pertimbangkan biaya Untuk buku anak-anak setebal 30 halaman, di Indonesia biaya penerbitan bervariasi harganya. Royalti dapat dibayarkan di atas itu setelah publikasi. Saat menghitung biaya, pertimbangkan setiap ilustrasi sebagai karya tersendiri. Ada banyak waktu dan usaha yang harus dilakukan untuk menggambar, jadi ini adalah harapan yang masuk akal untuk seorang ilustrator yang baik. Rencanakan banyak waktu untuk proses ini juga. Anda tidak ingin terburu-buru membuat ilustrasi karena dapat mengganggu proses kreatif. Serangkaian ilustrasi yang terburu-buru dapat meleset dari sasaran ketika harus menyajikan secara visual karakter dan alur cerita yang Anda buat dengan cermat. Dengan ilustrasi yang tepat, Anda dapat memiliki awal yang baik untuk memasarkan buku Anda secara online langsung kepada pembaca dan kelompok yang akan melakukan pembelian massal untuk siswa atau pelanggan mereka. Mengapa Harus Membuat Buku Cerita Anak-Anak? Beberapa orang berpikir bahwa penulis buku anak-anak adalah tipe penulis yang lebih rendah dari jenis buku fiksi lainnya. Padahal tidak begitu, ilusi bahwa menulis buku anak-anak itu mudah berkontribusi pada kesalahpahaman tentang penulis itu sendiri. Justru seorang penulis buku anak memiliki tantangan yang tidak mudah, mereka harus paham betul isi dan visual seperti yang tepat sesuai target audiens mereka. Meskipun demikian, menulis buku anak-anak adalah proses yang bermanfaat dan sulit. 1. Audiens yang lebih besar Menurut Anda siapa yang membaca lebih banyak buku – anak-anak atau orang dewasa? Anak-anak lakukan! Asosiasi Penerbit Amerika melaporkan bahwa kategori anak-anak dan dewasa muda mengalami pertumbuhan terbesar dalam industri buku pada tahun 2014. Selain itu, anak-anak Amerika mencapai puncak keinginan mereka untuk membaca ada di kelas lima. Artinya, sejak mereka mulai membaca hingga lulus dari kelas lima, keinginan mereka akan buku terus meningkat. 2. Menghasilkan uang Jika beberapa orang berpikir bahwa tidak ada cukup uang untuk mencari nafkah di industri buku anak-anak, ini tidak benar. Meskipun mungkin memakan waktu cukup lama, penulis buku anak-anak memang memiliki keuntungan dalam hal penjualan. Sekolah dan perpustakaan sering membuat pesanan besar buku anak-anak. Ini terutama benar jika buku tersebut telah memenangkan penghargaan atau telah ditambahkan ke daftar bacaan tertentu. Ini menyajikan beberapa peluang pemasaran yang cukup besar bahkan untuk penulis yang menerbitkan sendiri. Bekerja pada tautan silang dengan blogger dan penggemar buku akan membuat buku Anda dikenali di internet, yang dapat diterjemahkan langsung menjadi penjualan. Anda bahkan mungkin bisa membuat orang mempromosikan buku Anda untuk Anda jika Anda memiliki marketplace buku dan memberikan tautan kepada afiliasi untuk digunakan untuk menjual buku Anda. 3. Bisa Diangkat untuk Film dan TV Ada begitu banyak film dan acara TV berdasarkan buku anak-anak. Banyak penulis bahkan memiliki buku mereka yang dipilih oleh studio. Meskipun itu tidak berarti gaji besar langsung, itu berarti bahwa ada kemungkinan cerita Anda ditayangkan kepada audiens melalui media tambahan seperti di TV atau Youtube. Pada akhirnya, menulis buku anak-anak adalah proses yang panjang dan menantang, tetapi Anda memiliki kesempatan untuk meningkatkan kehidupan anak muda di seluruh dunia. Ingat, Dengan membiasakan anak untuk mendengar cerita, akan lebih mudah meningkatkan minat baca anak saat besar nanti. Demikian ulasan tips membuat buku cerita yang menarik. Selamat menulis dan mencoba! Artikel Terkait Tips Mengembangkan Bakat Menulis Tips Menemukan Ide Menulis Buku Cara Jitu Menangkap Ide Tulisan 10 Tempat yang Cocok agar Produktif Menulis Tips Meningkatkan Budaya Menulis Buku Apakah Anda sedang atau ingin menulis buku? Dengan menjadi penulis penerbit buku Deepublish, buku Anda kami terbitkan secara GRATIS. Anda cukup mengganti biaya cetak. Silakan isi data diri Anda di sini. atau Anda bisa langsung Kirim Naskah dengan mengikuti prosedur berikut ini KIRIM NASKAH Jika Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang menulis buku, Anda dapat melihat artikel-artikel kami berikut Teknik Menulis Tata Letak Paragraf saat Menulis BukuTeknik Menulis Buku Biografi Agar Sesuai dengan NarasumberEmpat Fungsi Ilustrasi dalam Teknik Menulis Buku AjarTeknik Menulis Buku, dengan Membaca Teks KehidupanTeknik Menulis Buku Yang Menarik untuk Dibaca Jika Anda mempunyai BANYAK IDE, BANYAK TULISAN, tapi BINGUNG bagaimana caranya MEMBUAT BUKU, gunakan fasilitas KONSULTASI MENULIS dengan TIM PROFESSIONAL kami secara GRATIS disini!

cara membuat buku cerita bergambar